Oleh Andrias Harefa (http://www.pembelajar.com/wmview.php?ArtID=71)
Tidak selalu mudah mengenali potensi dan bakat unik yang kita miliki, dan barang siapa mengatakan hal sebaliknya pastilah sedang menipu diri sendiri. Sebagian orang bahkan tidak pernah sampai ke tahap penemuan potensi dan bakat uniknya hinggga akhir hayat. Sebagian lagi baru menyadari potensi dan bakat uniknya setelah berusia lanjut, atau setelah mengalami berbagai krisis dan badai dalam kehidupan mereka.
Karena itu, jika ada orang Indonesia yang berhasil menemukan bakat uniknya saat sekolah dasar, dan berhasil mengembangkannya hingga memecahkan rekor dunia, pastilah ia pantas menjadi guru kita.
Belajar dari Lie Fen
Ia hanya alumnus kursus pembuat kue yang belum berpengalaman saat mendapat pesanan untuk membuat kue tiga tingkat dari temannya. Dan ia bersedia memenuhi pesanan itu, tanpa minta bayaran, kecuali minta disediakan bahan-bahannya.
Keberhasilan itu membuatnya keranjingan, baik membuat kue atau mengajar teman-teman sebayanya melakukan hal yang sama. Ia juga merasa pintar menghias kue, sehingga kue yang padatnya kayak dodol dapat ditampilkan dengan dekor bagus.
Ayahnya tidak setuju dengan hobi "nyentrik" anak remaja itu. Karenanya ia mengembangkan bakatnya secara diam-diam. Ikut kursus diam-diam dan membuat kue di rumah tetangga dilakukannya selama bertahun-tahun. Suaminya pun baru mengetahui bahwa istrinya suka membuat kue dan memasak setelah mereka menikah. Ia memang baru terang-terangan terjun ke bisnis kue setelah menikah. Sekalipun ia tahu betul tentang potensi uniknya itu, dan telah mengajar ratusan temannya membuat dan mendekor kue, Lie Fen alias Nilasari masih merasa perlu mengikuti kursus dekorasi kue. Dan tidak tanggung-tanggung, ia pun berguru di Wilson, Chicago.
Pulang dari Negeri Paman Sam, ia memasang iklan dan mengajar banyak orang membuat ratusan jenis cake, dekorasi kue dan katering. Dalam sehari ia mengajar empat kelas kursus, dimana setiap kelas diikuti sampai 20 peserta. Untuk membuat kue biaya kursusnya sekitar Rp 47.500,00 per orang, sementara tarif kursus katering Rp 395.000,00 per orang. Dari sinilah penghasilan terbesarnya diperoleh. Siswanya bahkan ada yang datang dari Italia, Hong Kong dan Malaysia.
Nilasari membuat ayahnya terkagum-kagum, takjub menyaksikan kue-kue raksasa bikinan putrinya, antara lain Kue Natal setinggi 13 meter. Ia juga pernah membuat dan mengantar kue pengantin 9 tingkat untuk pernikahan anak Robby Tjahyadi di Singapura. Sementara perusahaan rokok di Kediri pernah pesan kue tart 6 tingkat setinggi 1,20 meter.
Bukan cuma sang ayah, dunia juga dibuat kagum ketika ia memamerkan Kue Kebun di Balai Sidang, Jakarta. Kue dengan hiasan pohon kelapa setinggi 5 meter di bagian tengahnya itu, menjadi kue terbesar di dunia, sehingga nama Nilasari dicantumkan dalam Guinness Book of Records. Ia pun dinobatkan menjadi Ratu Kue Dunia dari Indonesia.
"Tiap orang ditakdirkan mempunyai karakter masing-masing, menjadi orang yang tidak mungkin disamai secara tepat oleh orang lain, dan mengerjakan yang tidak mungkin disamai secara tepat oleh orang lain," demikian kata William Ellery Channing. Dan itulah yang dicontohkan dengan baik oleh Nilasari. Namanya telah menjadi jaminan mutu di bidang yang ditekuninya itu. Ia telah membuat sebuah perbedaan.
Empat Pertanyaan Penolong
Nilasari mungkin tidak pernah membaca karya D.O. Clifton dan P. Nelson, Soar with Your Strengths, sebab buku itu baru terbit di New York tahun 1992. Namun ia dengan mudah dapat memberikan jawaban terhadap empat pertanyaan dalam buku tersebut, yang berguna untuk menolong orang-orang mengenai potensi dan bakat unik mereka.
Empat pertanyaan tersebut adalah:
o. Bidang kegiatan apa yang sangat memikat hati Anda?
o. Bidang kegiatan apa yang memberikan kepuasan batin sangat mendalam?
o. Bidang kegiatan apa yang terasa sangat mudah Anda pelajari?
o. Bidang kegiatan apa yang membuat Anda seakan-akan menyatu dengannya?
Bagi Nilasari, jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah membuat kue dan mengajar orang membuat kue, memasak dan memberikan kursus katering. Itulah bidang yang menawan hatinya, memberikan kepuasan batin luar biasa, yang dengan mudah dipelajarinya, dan membuatnya seolah-olah menyatu sehingga mudah lupa waktu. Di bidang tersebut, Nilasari mengalami apa yang saya sebut sebagai "percumbuan dengan kekekalan".
Istri Andiwijaya ini mungkin tidak menyadari sepenuhnya bahwa mengajar dan membuat kue adalah cara yang dipilihnya untuk mengekspresikan jiwanya kepada dunia. Ia "hanya" berusaha memenuhi panggilan hatinya. Bila sampai hari ini ia masih mengajar dan membuat kue, hal itu bukan sekadar untuk mencari nafkah. Kehadiran Nilasari di muka bumi telah membuat dunia tak pernah lagi sama seperti sebelumnya.
Anda juga dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang sama untuk menemukan potensi dan bakat unik yang dikaruniakan Tuhan dalam diri Anda. Cobalah menelusuri bidang kegiatan apa saja yang benar-benar Anda nikmati saat melakukannya. Perhatikanlah dalam kegiatan apa sajakah Anda sering kali lupa waktu bila sedang melakukannya. Apa yang relatif mudah Anda pelajari dibanding rekan-rekan Anda? Dalam hal apa saja rekan-rekan Anda sering belajar dari Anda? Lalu pikirkanlah apa sebenarnya bakat dan potensi unik Anda itu.
1/10.000 dan Kecerdasan Emosional Pentingnya mengenal potensi dan bakat unik tercermin dari opini para pakar yang mengatakan bahwa rata-rata seorang dewasa hanya menggunakan sekitar 10% potensi kecerdasannya. Bahkan A. Winter dan R. Winter, penulis Build Your Brainpower, mengatakan bahwa rata-rata seorang dewasa hanya menggunakan dengan sungguh-sungguh 1/10.000 dari potensi kecerdasannya selama hidup. Artinya, sebagian besar potensi kecerdasan manusia dibawa ke liang kubur tanpa pernah dipergunakan.
Kegagalan memanfaatkan potensi kecerdasan, antara lain disebabkan oleh pemutlakan dan pendewaan IQ. Ironisnya, penemuan mutakhir menunjukkan bahwa IQ hanya berhubungan dengan 4% keberhasilan di dunia nyata. Lebih dari 90% keberhasilan berhubungan dengan bentuk-bentuk kecerdasan lain di luar IQ. Daniel Goleman mengidentifikasikan kecerdasan tersebut sebagai kecerdasan emosional (Emotional Intelligence, EQ).
Menemukan kompas batin dan mengenali potensi unik pribadi Anda tidak berhubungan dengan IQ, tetapi lebih erat kaitannya dengan EQ. Hal ini amatlah mungkin menentukan 90% keberhasilan Anda. Perjuangan dan usaha yang bagaimanapun sulitnya merupakan hal yang layak. Tentu saja bila Anda ingin membuat sebuah perbedaan di dunia ini.
Tiga Komitmen dan Tiga Pertanyaan Penting
Dalam karya berjudul The 7 Spiritual Laws os Success, Deepak Chopra mengatakan bahwa bila Anda hendak memanfaatkan sepenuhnya Kaidah tentang Darma atau "tujuan hidup", maka ada tiga komitmen yang perlu Anda penuhi.
Komitmen pertama adalah: Aku akan mencari jatidiriku yang lebih tinggi, yang berada di luar jangkauan egoku, dengan cara latihan spiritual.
Komitmen kedua adalah: Aku akan mencari bakat-bakat unikku, dan setelah menemukannya aku akan senang, karena proses kesenangan berlangsung apabila aku memasuki keadaan sadar yang tidak mengenal perhitungan waktu. Saat itu aku berada dalam keadaan penuh rahmat. Inilah yang saya maksudkan "bercumbu dengan kekekalan".
Komitmen ketiga adalah: Aku akan bertanya kepada diri sendiri tentang cara terbaik untuk berbakti demi umat manusia. Aku akan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu lalu mempraktikkannya. Aku akan membaktikan bakat-bakat unikku untuk memenuhi kebutuhan sesama manusia; aku akan menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan itu dengan hasratku untuk membantu dan berbakti demi orang lain.
Sejalan dengan saran Chopra, Stephen Covey selalu mengajukan tiga pertanyaan untuk menolong peserta program pelatihan yang dipimpinnya dalam proses merumuskan pernyataan misi hidup pribadi mereka, saya menyebutnya "kompas batin".
Pertanyaan pertama adalah: Apakah yang ingin Anda miliki (to have) dalam hidup? Cobalah membuat daftar khusus untuk menjawab pertanyaan ini dengan sejujur-jujurnya.
Pertanyaan kedua: Bila Anda telah memilikinya apa yang ingin Anda lakukan (do) dalam hidup Anda? Ya. Bila uang bukan masalah lagi dan Anda memiliki waktu dan harta sebanyak-banyaknya, apakah yang akan Anda lakukan waktu itu? Jawaban terhadap pertanyaan ini akan membawa Anda pada bidang kegiatan yang sesuai dengan panggilan jiwa Anda. Itulah bidang kegiatan yang perlu Anda kembangkan dengan ketekunan tanpa henti. Itulah bidang kegiatan yang akan mampu membawa kebahagiaan sejati bagi diri Anda. Bila Anda hanya melakukan sesuatu pekerjaan sekadar untuk mencari nafkah, maka Anda tidak akan pernah sampai pada kebahagiaan sejati selama hidup Anda.
Pertanyaan ketiga: Ingin menjadi manusia macam apa Anda kelak (be)? Tuliskanlah ciri-ciri dan karakter macam apa yang ingin Anda bangun dalam hidup Anda. Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama (karakter).
Pertanyaan versi Covey dan komitmen anjuran Copra merupakan alat bantu untuk menemukan kompas batin kita. Dan keduanya tidak menjanjikan hasil instan. Beberapa orang memerlukan belasan hingga puluhan tahun untuk dapat menemukan kompas batinnya. Tidak ada jalan pintas.
Membangun Karakter dan Kecerdasan Emosional Saya setuju dengan apa yang pernah disampaikan oleh Jim Rohn, filosof bisnis yang menjadi bagian dari tim eksekutif puncak di kantor pusat Herbalife International. Dalam ceramah berjudul Cultivating an Unshakeable Character, Jim mengatakan, "Karakter bukanlah sesuatu yang merupakan bawaan lahir seperti halnya sidik jari kita. Karakter dibentuk oleh ratusan pilihan atau keputusan yang kita buat dalam proses menjadi diri yang kita cita-citakan (who we want to be)". Pilihan atau keputusan menyangkut setiap peristiwa sehari-hari, baik atau buruk, menyenangkan atau mendukakan. Pilihan dan keputusan tersebut, antara lain, menunjukkan jawaban pribadi kita tentang pertanyaan-pertanyaan terpenting, yakni: Apakah tujuan hidup atau darma kita? Apakah potensi dan bakat-bakat unik yang "dititipkan" Sang Khalik kepada kita untuk dikembangkan? Dan bagaimanakah kita memberikan diri kita untuk menjadi bakti bagi sesama, nusa dan bangsa, dunia dan bagi kemanusiaan?
Menemukan panggilan hidup atau kompas batin dan mengenali potensi unik diri Anda adalah cara menjadi cerdas secara emosional, sekaligus cara yang paling efektif untuk membangun karakter, serta menjalankan kehidupan yang berpusatkan pada prinsip dan bukan pada rangsangan-rangsangan (stimulus) sesaat di sekitar kita (yang disebut Covey sebagai orang reaktif). Proses mengembangkan kecerdasan emosional dan membangun karakter ini tidak pernah sekali jadi atau instant. Proses ini memerlukan tidak saja waktu, tetapi juga komitmen, kesediaan menerima tanggung jawab, dan keberanian untuk mengambil inisiatif serta memilih sikap positif secara terus-menerus.
Kegiatan Mengisi Waktu Luang
Cara lain untuk mengenai potensi dan bakat unik Anda adalah dengan memperhatikan kegiatan yang Anda pilih untuk menggunakan atau mengisi waktu luang. Umumnya kita memilih untuk hanya melakukan hal-hal yang kita senangi. Mengutak-atik alat-alat elektronik, memelihara burung, bercocok tanam, berolah raga, membaca, traveling, window shoping (melihat-lihat barang di mal tanpa rencana membeli produk tertentu), memanjakan lamunan, atau menulis, adalah beberapa contoh yang banyak dipilih orang.
Apa pun pilihan Anda, kegiatan tersebut umumnya didasari oleh kesenangan yang mendalam. Hal ini dapat berarti bahwa kegiatan tersebut berkaitan dengan potensi dan bakat unik Anda yang masih tersembunyi. Anda hanya perlu memetakan dan menganalisis kegiatan tersebut dengan mengajukan beberapa pertanyaan sederhana sebagai berikut: Mengapa saya senang melakukannya? Apakah dengan melakukan hal-hal ini saya mendapatkan kesegaran jiwa dan kepuasan batiniah yang mendalam? Sikap, pengetahuan dan keterampilan apa yang diperlukan untuk dapat melakukannya? Apakah saya dengan mudah melakukannya tanpa harus belajar kepada siapa pun secara khusus? Adakah orang yang akan bersedia membayar saya untuk melakukan hal-hal yang saya senangi ini ? Dapatkah hal ini dikembangkan menjadi sumber nafkah sehari-hari? Apakah saya selalu rindu mendapatkan lebih banyak waktu untuk melakukan kegiatan-kegiatan semacam ini?
Refleksi Pribadi: Gali dan Kenalilah Terus Josep Campbel pernah mengatakan, "Anda mungkin sudah berhasil dalam hidup, tetapi coba tanyakan kepada diri sendiri, hidup macam apa yang Anda jalani? Apa yang bagus bila Anda tidak pernah melakukan sesuatu yang sangat Anda kehendaki selama hidup atau pergi ke tempat yang paling diinginkan oleh hati dan jiwa Anda. Bila Anda menemukan perasaan tersebut jangan dilepaskan, dan jangan membiarkan siapa pun memaksa Anda melepaskan perasaan itu." Melakukan apa yang menjadi garis hidup Anda, panggilan jiwa Anda, adalah hal yang terpenting dalam hidup ini. Dan untuk mulai melakukannya, George Elliot mengatakan, "Tidak ada istilah terlambat."
Anda mungkin bukan manusia muda lagi ketika akhirnya mampu menemukan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan Covey di atas. Anda mungkin tidak seberuntung Nilasari, yang menemukan potensi dan bakat uniknya di usia yang relatif dini, dan berani mengembangkannya, sekalipun harus sembunyi-sembunyi dari ayahnya. Namun Anda tidak perlu berkecil hati. Mulailah sekarang. Tak ada kata terlambat untuk itu.
*) Andrias Harefa, Senior Partner Jansen Sinamo WorkEthos Training Center. Dapat dihubungi langsung di
aharefa@cbn.net.id